BAB XI
Pengaruh Klas Sosial
dan Status
11.2 Pengertian
Jenjang Sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata
( lapisan ) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian
kesatuan ) status sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat
terdapat orang-orang yang secara sendidi-sendidi atau bersama-sama memiliki
kedudukan social yang kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang
lebih sama akan berada pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.
Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian
anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga
para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para
anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari
status yang rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas
sosial tertentu merasa para anggota kelas sosial lainnya mempunyai status yang
lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada mereka. Aspek hierarkis kelas sosial
penting bagi para pemasar. Para konsumen membeli berbagai produk tertentu
karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri
maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari berbagai
produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk
“kelas yang lebih rendah”.
Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke
bawah dalam kedudukan kelas sosial dari kedudukan kelas yang disandang oleh
orang tua mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan
naik karena tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang untuk
mengembangkan dan memajukan diri.
Dengan mengenal bahwa para individu sering
menginginkan gaya hidup dan barang-barang yang dinikmati para anggota kelas
sosial yang lebih tinggi maka para pemasar sering memasukkan simbol-simbol
keanggotaan kelas yang lebih tinggi, baik sebagai produk maupun sebagai hiasan
dalam iklan yang ditargetkan pada audiens kelas sosial yang lebih rendah.
11.3 Faktor
Penentu Kelas sosial
Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang
dalam masyarakat disebut status atau kedudukan sosial (posisi seseorang dalam
suatu pola hubungan sosial yang tertentu). Status merupakan unsur utama
pembentukan strata sosial, karena status mengandung aspek struktural dan aspek
fungsional. Aspek struktural adalah aspek yang menunjukkan adanya kedudukan -
tinggi dan rendah dalam hubungan antar status. Aspek fungsional, yaitu aspek
yang menunjukkan adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
penyandang status.
Talcott Persons, menyebutkan ada lima menentukan
tinggi rendahnya status seseorang, yaitu:
1. Kriteria kelahiran
(ras, kebangsawanan, jenis keCamin,
2. Kualitas atau mutu
pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan)
3. Prestasi (kesuksesan
usaha, pangkat,
4. Pemilikan atau
kekayaan (kekayaan harta benda)
Otoritas (kekuasaan dan wewenang:
kemampuan-untuk menguasai/ mempengaruhi orang lain sehingga orang itu mau
bertindak sesuai dengan yang diinginkan tanpa perlawanan)
Beberapa indikator lain yang berpengaruh terhadap
pembentukan kelas sosial, yaitu:
a. Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam menentukan
strata sosiai/kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasamya kelas
sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu,
memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk menopang cara
hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran untuk
menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
Sebagai contoh: dalam kelas sosial atas tentunya
diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut tata cara kelas sosial
tersebut. Namun demikian, jumlah uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera
mendapatkan status kelas sosial atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin
mempunyai banyak uang, tetapi mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan
cara hidup orang kelas sosial atas. OKB yang tidak dilahirkan dan
disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas sosial atas, maka dapat dipastikan
bahwa sekali-sekali ia akan melakukan kekeliruan, dan kekeliruan itu akan menyingkap
sikap kemampuannya yang asli. Untuk memasuki suatu status baru, maka dituntut
untuk memiliki sikap, perasaan, dan reaksi yang merupakan kebiasaan orang
status yang akan dituju, dan hal ini diperlukan waktu yang tidak singkat.
Uang juga memiliki makna halus lainnya. Penghasilan
yang diperoleh dari pekerjaan profesional lebih memiliki prestise daripada
penghasilan yang berujud upah dari pekerjaan kasar. Uang yang diperoleh dari
pekerjaan halal lebih memiliki prestise daripada uang hasil perjudian atau
korupsi. Dengan demikian, sumber dan jenis penghasilan seseorang memberi
gambaran tentang latar belakang keluarga dan kemungkinan cara hidupnya.
Jadi, uang memang merupakan determinan kelas sosiai
yang penting; hal tersebut sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan
gambaran tentang latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang.
b. Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan yang
terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara sadar atau
tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada jenis
pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat Cina klasik, dimana
mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang rendah serdadu; Sedangkan
orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
Mengapa suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise
yang lebih tinggi daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah
yang sudah lama menarik perhatian para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan
yang berprestise tinggi pada umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi;
meskipun demikian terdapat banyak pengecualian (?). Jenis-jenis pekerjaan yang
berprestise tinggi pada umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun
korelasinya masih jauh dari sempuma. Demikian halnya pentingnya peran suatu
jenis pekerjaan bukanlah kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan
strata sosial, Karena bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan
seorang petani atau polisi kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan
seorang penasihat hukum atau ahli ekonomi ? Sebenarnya, pemungut sampah yang
jenjang prestisenya rendah itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki
peran penting dari semua pekerja dalam peradaban kota! Pekerjaan merupakan
aspek strata sosial yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya
yang berkaitan dengan pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan
seseorang, maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup,
pertemanannya, jam kerja, dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang tersebut.
Kita bahkan bisa menduga selera bacaan, selera rekreasi, standar moral, dan
bahkan orientasi keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan
merupakan bagian dari cara hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan
lainnya.
Keseluruhan cara hidup seseoranglah yang pada akhimya
menentukan pada strata sosial mana orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan
salah satu indikator terbaik untuk mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena
itu, pekerjaan-pun merupakan indikator terbaik untuk mengetahui strata sosial
seseorang.
c. Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi
sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan
uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi
jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan
kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket,
cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang.
Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting
daripada pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi
dan perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan
kantor. Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana
tingkat pendidikan mereka sebanding.
11.4 Pengukuran
Kelas Sosial
Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian
yaitu:
a. Berdasarkan Status Ekonomi.
1) Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi
menjadi kelas atau golongan:
dan;
- Golongan sangat kaya
- Golongan kaya
- Golongan miskin
Aristoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut
seperti piramida:
1. Golongan Sangat Kaya
2. Golongan Kaya
3. Golongan Miskin
Ket :
Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam
masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak
terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam
masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.
2) Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi
tiga golongan, yakni:
a. Golongan kapitalis atau borjuis : adalah mereka
yang menguasai tanah dan alat produksi.
b. Golongan menengah : terdiri dari para pegawai
pemerintah.
c. Golongan proletar : adalah mereka yang tidak
memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau
pekerja pabrik.
Menurut Karl Marx golongan menengah cenderung
dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam kenyataannya golongan ini adalah
pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian, dalam kenyataannya hanya
terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan kapitalis atau borjuis dan
golongan proletar.
3) Pada masyarakat Amerika Serikat, pelapisan
masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
a. Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
b. Kelas sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper
class)
c. Kelas sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle
class)
d. Kelas sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle
class)
e. Kelas sosial bawah lapisan atas ( Upper lower
class)
f. Kelas sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah (
Lower-lower class)
1. Upper-upper class
2. Lower-upper class
3. Upper-middle class
4. Lower-middle class
5. Upper-lower class
6. Lower-lower class
Kelas sosial pertama : keluarga-keluarga yang telah
lama kaya.
Kelas sosial kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas sosial ketiga : pengusaha, kaum profesional
Kelas sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum semi
profesional, supervisor, pengrajin terkemuka
Kelas sosial kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial keenam : para pekerja tidak tetap,
pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.
4) Dalam masyarakat Eropa dikenal 4 kelas, yakni:
1. Kelas puncak (top class)
2. Kelas menengah berpendidikan (academic middle class)
3. Kelas menengah ekonomi (economic middle class)
4. Kelas pekerja (workmen dan Formensclass)
5. Kelas bawah (underdog class)
b. Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan
dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat
dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang
anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.
Contoh :
Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat
kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut
Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita
temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana,
gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan
Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai
oleh kasta Sudra.
c. Berdasarkan Status Politik
Secara politik, kelas sosial didasarkan pada
wewenang dan kekuasaan. Seseorang yang mempunyai wewenang atau kuasa umumnya
berada dilapisan tinggi, sedangkan yang tidak punya wewenang berada dilapisan
bawah. Kelompok kelas sosial atas antara lain:
- pejabat eksekutif, tingkat pusat maupun desa.
- pejabat legislatif, dan
- pejabat yudikatif.
Pembagian kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan
jelas pada hirarki militer.
A. Kelas Sosial Atas (perwira) Dari pangkat Kapten
hingga Jendral
B. Kelas sosial menengah (Bintara) Dari pangkat Sersan
dua hingga Sersan mayor
C. Kelas sosial bawah (Tamtama) Dari pangkat Prajurit
hingga Kopral kepala